Penjelasan Orang - Orang Yang Arif Terjemahan Kitab Al-Hikam Karangan Syekh Ahmad Atailah
Kitab Al-Hikam
Penjelasan Tentang
ORANG – ORANG YANG ARIF
Ciri - Ciri Orang Yang Arif |
“Tanda-tanda orang yang arif dalam amal, ia tidak membanggakan amal ibadahnya. Berkurangnya harapan kepada Allah ketika terjadi kekhilafannya kepada Allah.”
Orang yang arif adalah orang yang tidak membanggakan amal ibadahnya. Orang seperti ini kurang pengharapannya kepada Allah, ketika ia berhadapan dengan rintangan yang menimpa. Sedangkan sifat orang yang bijaksana dalam meneguhkan imannya kepada Allah selalu berpegang teguh (istiqamah) kepada kekuyasaan yang ada pada Allah.
Para arifin dalam imannya kepada Allah selalu menyaksikan kebenaran-Nya dari atas permadani hidupnya. Ia tidak dapat memutuskan hubungannya dengan Allah karena telah menyaksikan kebsaran Allah dari hidupnya sendiri. Ia tidak menjadikan amal ibadahnya sebagai kebanggaan hidupnya, akan tetapi ia jadikan sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Khaliq yang senantiasa ia kuatirkan, jikalau ibadahnya itu tidak diterima oleh Allah Swt.
Orang arifin yang selalu memperhatikan dirinya dan mengkhawatirkan amalnya dengan harapan rahmat dari Allah Swt., menempatkan diri mereka dengan jiwa yang waspada dan tenang. Karena kewaspadaan jiwa dalam ibadahnya serta ketenangannya akan memberikan manusia sifat-sifat utama yang terdengar dari suara hati nuraninya sendiri yang suci bersih.
Adapun orang yang berbuat dosa dan kesalahan, akan tetapi ia enggan mengharapkan rahmat dan ampunan Allah, makja ia telah menumbuhkan rasa angkuh akan kemampuan dirinya tanpa rahmat dan pertolongan Allah. Orang ini telah mengesampingkan Allah dalam Tauhid-Nya. Orang seperti ini telah melibatkan dirinya dalam dosa dan kesalahan.
Pengharapan kepada Allah, selalu menjadi hiasan orang-orang arif, selalu menjadi keinginan manusia yang beriman akan kebutuhan kepada Allah Ta’ala, karena meyakini pemberian Allah itu sangat luas, dan rahmat Allah sangat banyak. Apabila pada suatu saat si hamba Allah ini tergelincir dalam perbuatan maksiat, ia akan menemukan jalan keluar, karena rahmat dan kecintaan Allah akan melepaskannya. Karena si hamba yakin kasih sayang Allah akan mendatanginya, melindung dan memberikan pertolongan kepadanya.
Pemberian Allah berupa rahmat dan pertolongan akan diterima seorang hammba, apabila si hamba yang berlumuran dosa sadar akan lelemahan dirinya, dan yakin kepada rahmat-Nya. Keyakinan seperti ini akan memberi peluang bagi manusia berdosa agar cepat-cepat bertobat dan memohon ampunan kepada Allah Swt., seperti ia yakini, sebagai satu-satunya tempat ia bersandar.
Tobat bagi orang yang arif adalah pertanda nuraninya masih hidup dan jiwanya masih dibakar oleh iman, sehingga ia tidak berputus asa menghadapi segala sesuatu yang ada padanya, sebagai kenyataaan yang tidak boleh dielakan. Mereka yang berpribadi seperti ini adalah kelompok orang yang ditegaskan oleh Al-Quran sebagai golongan kanan (ashabul yamin).
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menciptakan agama untuk manusia, bersamaan dengan memberikan kemampuan mereka untuk beramal. Karena dengan amal itu manusia akan berupaya melepaskan dirinya dari dosa dan kesalahan, serantak akan memberikan tempat kepadanya hiasan keutamaan diri.
Iman yang paling tinggi kualitasnya, adalah iman yang mampu melepaskan dirinya dari belenggu yang membebadninya, melalui ujian. Inilah watak yang paling berharga, ketika seorang mukmin sadar akan dirinya atas pemberian rahmat dan karunia Allah yang begitu banyak yang telah ia terima. Oleh karena belenggu dosa yang begitu banyak membebanin dirinya dan terlihat dalam hatinya, si hamba tidak merasakan rahmat dan nikmat Allah yang telah banyak diterimanya.
Berfikir dengan akal sehat itu lebih utama dan lebih agung pahalanya dari berpikir dengan akal yang sakit, oleh karena dosa yang menjauhkannya dari rahmat Allah. Karena rahmat aAllah itu dekat dengan orang beriman, sesuai dengan firman Allah, “ Sesungguhnya dAllah dekat dengan orang yang berbuat baik (orang beriman).”
Ketaatan Orang Yang Arif |
Demikian juga ketaatan kepada Allah bukanlah suatu amal yang harus dipamerkan, atau semisalnya, karena ketaatan adakah hiasan jiwa yang bertahtakan ketulusan di dalamnya. Ketaatan itu sendiri belum menjadi jaminan orang untuk masuk surga. Karena hal ini memerlukan ujian yang sangat istimewa. Sebab pada dasarnya ketaatan adalah karunia yang sangat mahal harganya bagi hamba Allah yang perlu mendapatkan penjagaan terus menerus sepanjang hayatnya. Setiap karunia yang menjadi anugerah Allah Swt, berupa apa pun, terutama jiwa yang taat, adalah merupakan hidayah dari Allah Swt.
Meyakini bahwa iman dan ketaatan seorang hamba kepada Khaliqnya adalah hidayah Allah, maka seorang hamba yang arif akan selalu memberi bobot jiwanya, serta menghindarkan dari dirinya kedengkian, kesombongan, demikian juga kebanggaan. Sebab, sifat yang disebut terakhir, akan memberi kesempatan kepada iblis mendapat tempat dalam ruang jiwa kita. Hal ini sangat berbahaya.
Keimanan kepada Allah sebagai penangkal bagi orang mukmin yang arif, adalah perisai yang paling ampuh, dan senjata yang paling tajam, berhadapan dengan musuh Allah dan musuh orang beriman, yakni iblis. Hanya dengan iman Islam yang telah dipilih oleh Allah Swt. Yang aka mampu memberi kekuatan dan senjata pamungkas. Hamba Allah yang mempergunakan Islam sebagai senjata melawan Iblis, itulah yang akan mendapat kemenangan dan kasih sayang-Nya. Karena Allah Swt telah mengingatkan, “ Barangsiapa yang mengikuti agama, yang bukan agama islam, maka tidak diterima amal ibadahnya, sedangkan di alam akhira ia termasuk orang yang rugi.”(QS. Ali-Imran:85).
Ketahuilah bahwasannya berpegang teguh kepada kekutamaan dan kemuliaan lebih diperlukan daripada berpegang kepada perbuatan yang bertentangan dengan peraturan Islam, satu amal yang tercela. Adapun perbuatan yang tercela itu datang mengunjungi kita, disebabkan jiwa kita tentang kebenaran dan kemuliaan sangat minim. Sedangkan memenuhi jiwa kita denga ajran Islam adalah wajib, agar kita terhindar dari pengaruh ajaran dan pemikiran yang bukan Islam. Agama Islam itu wajib dijadikan hujjah dalam perjalanan hidup kita, agar terhindar dari perbuatan yang bebal dan bodoh.
Orang yang membanggakan amal ibadahnya, berartii ia menyadarkan dirinya hanya pada amal ibadahnya, tidak diperkenankan dalam syariat Islam. Semua amal ibadah hanyalah disandarkan kepada Allah Ta’ala. Karena setiap hamba Allah dalam ibadah dan amal adalah karena Allah Ta’ala belaka.
Selain itu hamba Allah yang beribadah dan beramal, adalah mencari rahmat dan karunia Allah, sedangkan yang memiliki rahmat itu adalah Allah Swt.
Berbangga kepada amal ibadah yang telah dilaksanakan sama dengan syirik. Karena perbuatan seperti itu selain membanggakan diri di hadapan Allah Ta’ala, Bahwa ia telah biasa beramal dab beribadah , ia pun telah mendahului Allah, seakan-akan amal ibadahnya diterima Allah Swt. Lalu mengandalkan amal untuk mencapai tujuannya.
Orang arif dan bermakrifat kepada Allah, lebih banyak bersyukur kepada-Nya, karena banyak kesempatan baginya untuk beramal. Dengan rahmat dan kasih sayang itulah ia mampu melaksanakan semua amal ibadahnya dalam kehidupan dunia ini.
Dikutip dari : "Kitab Al-Hikam Karangan Syekh Ahmad Atailah"